Sabtu, 17 November 2012

Interaksi dan Hubungan yang baik Meningkatkan efektifitas Pembelajaran


Mutu interaksi dan hubungan antara guru dan siswa ikut berperan dalam menciptakan kondisi belajar yang efektif. Guna mendukung kondisi belajar yang efektif, interaksi dan hubungan yang ada haruslah bersifat:
  • Jelas dan singkat
  • Positif dan suportif
  • Adil dan tidak bias/timpang
Instruksi atau peragaan yang diberikan oleh guru harus jelas dan ringkas. Ini berarti berbicara dengan suara yang jelas, menggunakan bahasa yang dapat dipahami anak, dan menyesuaikan dengan lamanya daya konsentrasi anak. Interaksi dan hubungan yang bersifat positif dan suportif akan mengarahkan anak pada perilaku yang lebih baik, meningkatkan rasa percaya dirinya, serta menunjang peningkatan prestasinya. Penggunaan ancaman, kata-kata yang merendahkan, atau tindak kekerasan terhadap anak adalah pelanggaran terhadap hak anak dan merupakan tindak kriminal menurut hukum yang berlaku di Indonesia. Guru juga harus bertindak adil dan tidak bias, memperlakukan semua anak dengan sama, tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, kemampuan, latar belakang keluarga maupun agama.Selain berinteraksi dengan cara yang baik dengan siswa, guru perlu menciptakan interaksi dan hubungan antar anak yang sehat karena interaksi dan hubungan antar anak juga membantu menciptakan kondisi belajar yang efektif. Anak-anak akan meniru perilaku gurunya. Jika guru memperlakukan anak dengan hormat dan tanpa kekerasan, anak-anak juga akan memperlakukan satu sama lainnya dengan cara yang sama.
Melalui kegiatan kelompok, anak belajar untuk menghormati pendapat setiap orang, menunggu giliran dan menolong satu sama lain.

Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif 2

Lingkungan belajar di sekolah dan kelas terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik yang dapat mempengaruhi pembelajaran. Pembelajaran dapat ditingkatkan dan didukung jika lingkungannya dikelola secara efektif. Pertimbangan penting dalam mengelola lingkungan fisik pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif adalah fleksibilitas dan kemudahan akses. Dari segi fleksibilitas, meja, kursi, dan perabot lain hendaknya diatur secara luwes sesuai dengan kegiatan belajar yang dipilih. Misalnya, ketika kegiatan belajar memakai kerja kelompok maka meja dan kursi perlu diatur sedemikian rupa sehinga guru maupun siswa dapat bergerak dalam ruangan dengan aman dan efisien, tanpa terhalang oleh kursi dan meja. Tikar dapat digunakan untuk kegiatan permainan. 
Dari segi kemudahan akses, berbagai sumber daya pembelajaran yang praktis (misalnya buku-buku, peta, bola dunia, alat peraga matematika, dan lain-lain) hendaknya disimpan dengan baik dan tersedia serta mudah diakses oleh guru dan siswa. Sumber daya pembelajaran lain yang berupa tulisan/gambar atau pajangan hasil kerja anak yang merupakan lingkungan belajar visual juga perlu diatur. Pajangan hasil karya anak dapat menjadi contoh yang baik bagi anak lainnya dan dapat mendorong anak untuk belajar. Perlu diingat bahwa pemajangan terutama ditujukan pada anak supaya anak bisa mendapatkan manfaat. Karena itu tingkat keterbacaan pajangan harus dilihat dari sudut pandang anak (misalnya apakah posisi pajangan terlalu tinggi untuk anak-anak).
Label-label di jendela, kursi dan benda lainnya di ruang kelas membantu menambah kosakata dari benda yang dapat dilihat anak. Label dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, atau bahasa asing yang dipelajari untuk membantu anak beradaptasi dengan lingkungan belajarnya yang baru.
Gambar dan poster dapat menuntun dan mendukung berbagai kegiatan pembelajaran. Gambar atau poster dapat berisi petunjuk melaksanakan tugas, demonstrasi tentang prosedur, contoh-contoh yang ditawarkan atau pesan yang mengingatkan anak untuk menjadi pelajar yang efektif. Selain lingkungan fisik seperti diatas, lingkungan belajar juga berupa lingkungan non fisik, yang terwujud dalam interaksi dan hubungan di kelas dan sekolah.

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF

Lingkungan belajar yang efektif 

Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan anak dan efektivitas belajar. Itulah sebabnya, lingkungan belajar perlu ditata. Menata lingkungan belajar di kelas erat kaitannya dengan keadaan fisik kelas (suhu, cahaya, kebersihan, sirkulasi udara, pengaturan ruangan, dsb) pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, sudut baca/perpustakaan kelas. Pada kegiatan ini, pembahasan akan dipusatkan pada masalah pemanfaatan berbagai sumber belajar termasuk sudut baca, pengelolaan siswa, pengelolaan perabot kelas dan pemajangan hasil karya anak.

Ciri-ciri Sekolah yang Melaksanakan MBS Dari sisi Peran Serta Masyarakatnya (PSM)

Peran Serta Masyarakat di sekolah yang mempraktekan MBS antaranya :

A. Dana

Selain bersumber dari orang tua siswa, juga bersumber dari warga masyarakat, pejabat, pengusaha, dan alumni.

B. Barang:
  • Pengusaha memberi sarana yang dibutuhkan sekolah
  • Orang tua murid memberi komputer sesuai kebutuhan sekolah
  • Komite Sekolah membuat papan nama
  • Alumnus memberi material dll
C. K eahlian:
  • Membuat prakarya yang dapat dijual
  • Pelatihan/kegiatan pramuka
D. Pemikiran:
  • Dalam mengatasi persoalan di sekolah (contoh putusan masuk pukul 6.30  menimbulkan protes masyarakat, Komite Sekolah mendatangi dan menjelaskan manfaat dan sebabnya)
  • Pengawasan jika ada guru yang indisipliner
  • Pembentukan paguyuban kelas dengan segala aktivitas, baik material maupun non material
  • Mensosialisasikan program sekolah melalui kegiatan masyarakat (pengajian, rapat desa, dll)
E. Tenaga:
  • Membantu KBM
  • Kerja bakti saat membangun/memperbaiki bangunan sekolah (Paving Blok, dll.)
  • Lelang pisang dan penjualan kupon pendidikan
  • Nara sumber dalam bidang tenaga tidak tetap
  • Anggota Komite Sekolah sebagai pembina upacara


Sekolah yang Melaksanakan MBS Dari Sisi Pembelajaranya

Pembelajaran yang dikehendaki dalam MBS

A. Siswa
  1. Mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa semaksimal mungkin.
  2. Meningkatkan keaktifan siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah melalui berfikir ilmiah, logis, kritis, dan praktis.
  3. Berani mengemukakan pendapat dalam memecahkan masalah pada situasi kelompok untuk menyimpulkan hasil diskusi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  4. Tidak merasa tertekan dalam proses pembelajaran sehingga anak merasa senang menerima dan menggali informasi di sekitarnya.
  5. Menerapkan keterampilan bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan.
B. Guru
  1. Mendorong keaktifan siswa dalam mengemukakan gagasan, pendapat, dan ide baru di masa datang.
  2. Mengembangkan kegiatan yang beragam dengan menggunakan media dan metode yang bervariasi.
  3. Memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi dengan jalan menghargai karya anak melalui pajangan hasil kreativitas anak.
  4. Berusaha mencapai tujuan pembelajaran sesuai target dan waktu yang disediakan.

Ciri-ciri Sekolah yang Melaksanakan MBS dari sisi Manajemen

Ciri-ciri manajemen yang mengacu pada MBS:
  • Visi dan misi yang dirumuskan bersama oleh Kepala Sekolah, Guru, wakil siswa, Alumni, dan pemangku kepentingan lainnya seperti Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat.
  • Ada RIPS yang mengacu pada visi dan misi yang telah dirumuskan. 
  • Penyusunan RAPBS sesuai dengan RIPS yang disusun bersama oleh kepala sekolah, guru, dan Komite Sekolah secara transparan.
  • Akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan).
  • Terwujudnya otonomi sekolah yang ditandai dengan kemandirian dan dinamika sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
  • Pengambilan keputusan dilaksanakan secara partisipatif dan demokratis.
  • Terbuka menerima masukan, kritik, dan saran dari pihak manapun demi penyempurnaan program.
  • Mampu membangun komitmen seluruh warga sekolah untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
  • Pemberdayaan seluruh potensi warga sekolah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  • Terciptanya suasana kerja yang kondusif untuk peningkatan kinerja sekolah.
  • Mampu memberikan rasa bangga kepada semua pihak (warga masyarakat dan sekolah).
  • Ada transparansi dan akuntabilitas publik didalam melaksanakan seluruh kegiatan.

Senin, 12 November 2012

Bagaimana Sebaiknya RPS disusun?

Bagaimana sebaiknya RPS disusun?
RPS sebaiknya disusun bersama antara pihak sekolah (KS dan guru) dengan pemangku kepentingan lainnya seperti Komite Sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak lain di sekitar sekolah yang peduli pendidikan. Dalam penyusunan RPS ini diharapkan diterapkan konsep sbb:
  1. Partisipatif, hal ini mendorong dan melibatkan tiap warga untuk mempergunakan  hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan,  sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan sekolah. Untuk itu, penyusunan RPS sebaiknya melibatkan semua pemangku kepentingan pendidikan, misal: Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan  Warga. Akan lebih baik jika melibatkan pemangku kepentingan yang lain misalnya: unsur Pemerintah (Dinas/ kecamatan), Swasta, LSM Peduli Pendidikan, dll.
  2. Transparan, hal ini diperlukan dalam rangka menciptakan kepercayaan timbal balik antar pemangku kepentingan melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.
  3. Akuntabel, segala pelaksanaan rencana dan kegiatan diusahakan dapat  meningkatkan akuntabilitas (pertanggunggugatan) para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.
  4. Berwawasan ke depan, karena RPS adalah suatu rencana yang disusun untuk mencapai tujuan di masa depan, perlu diingat bahwa segala sesuatu haruslah disusun dengan mempunyai wawasan yang luas dan ke depan. 
  5. Spesifik, Terjangkau, dan Realistis, sebaiknya dalam menyusun RPS, sekolah mengacu pada hal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing, tidak terlalu muluk, dan berpijak pada kenyataan yang ada (kemampuan sumber daya: manusia, keuangan, dan material).

 =Bagaimana Sebaiknya RPS disusun?=